MUHAMMAD ALI DAN JAMAAH MASJID AL-AZHAR INDONESIA 1974

Diposting oleh Unknown on Kamis, 04 April 2013

Pagi itu tanggal 30 November, kota Jakarta dikatakan oleh surat-surat kabar sebagai kota mati, karena penduduk sedang berkumpul di rumah-rumah atau kantor-kantor menunggu saat pertandingan. Begitu selesai merobohkan juara dunia tinju kelas berat Ceorge Foreman, petinju Mohammad Ali menyatakan kepada wartawan-wartawan yang mengerubunginya bahwa ” Allah lah yang memberinya kekuatan sehingga dia berhasil merobohkan George Foreman sekaligus menjadi juara dunia. Kemudian Mohammad Ali menyerukan kepada seluruh umat manusia supaya percaya kepada Allah.

Karyawan-karyawan Panjimas dan semua yang sedang berada di Masjid Al Azhar, termasuk murid-murid SD dan SMP serta guru-gurunya menghentikan semua kegiatan dan berkumpul di depan pesawat televisi di ruang perpustakaan. Sebelum pertandingan dimulai televisi memutarkan film tentang kedua petinju yang sedang bertarung, Ali dan Foreman. Dari film itu nampaknya Foreman sang juara dunia jauh lebih dahsyat, dari Ali si penantang. Berganti-ganti petinju roboh di tangan Foreman dalam waktu yang singkat, Joe King Roman, Ken Norton, dan Joe Frazier semuanya bertekuk lutut di atas kanvas. Pukulan-pukulan Foreman sunguh-sungguh membuat hati berdebar, sedang Ali kelihatan lebih banyak berpidato dan menari-nari. Maka sebagian besar yang menonton di masjid Al Azhar berpendapat bahwa pagi ini Ali akan kalah.

Antara para jamaah Masjid Al Azhar dengan petinju negro Amerika yang mengaku beragama Islam itu telah terjalin keakraban setahun yang lalu ketika Ali berkunjung ke indonesia 1974 dan disambut secara besar-besaran. Itulah sebabnya hati jamaah yang sedang menantikan pertandingan itu menjadi berdebar-debar dan takut Ali akan kalah. Waktu itu bulan puasa Ramadhan, orang sudah selesai mengerjakan shalat tarawih, Ali datang dan beramah tamah dengan para jamaah. Dia tampil di mimbar dan menyampaikan pidatonya, diantara ucapan-ucapannya ialah, Allah adalah Allah Yang Maha Esa Tuhan Kita Umat Islam dan Muhammad adalah Rosul Allah. Kita wajib mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kita sesama muslim adalah bersaudara. Kepadanya disampaikan hadiah sebuah peci (kopiah) dan baju batik yang langsung dipakainya. Kunjungan Ali yang simpatik dan kepandaiannya berdakwah itu telah memikat hati umat Islam di mesjid Al Azhar setahun yang lalu.

Sekarang dia akan bertinju menentukan siapa yang kalah dan menang dengan seorang yang lebih muda, yang sedang menanjak namanya, pemegang juara dunia George Foreman. Pertandingan akan segera dimulai, Ali nampak di layar televisi telah berada di atas ring, menantikan kedatangan lawannya yang datang kemudian. Sebagaimana biasa dia menari-nari dan mengayun-ayunkan tangannya untuk memanaskan badan sebelum bertarung. Ketika Foreman tampil dan siap melakukan ronda pertama, Ali kelihatan pergi ke sudut ring, dia berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, ketika dia selesai berdo’a beberapa orang anak sekolah yang menonton TV tiba-tiba mengucapkan “Amin”.

Ronde pertama dimulai, Foreman nampaknya seorang petinju yang agresif, dia langsung menyerbu Ali, kedua tangannya yang besar dan terkenal sangat kuat diayunkan ke kepala dan badan Ali. Ali mundur dan terdesak oleh serbuan Foreman yang ingin menjatuhkan Ali dalam waktu yang singkat seperti lawan-lawannya terdahulu. Sekali-sekali Ali membalas dan dua atau tiga kali tinjunya tepat mengenai sasaran. “Nah lu” kata anak-anak sekolah SD Al Azhar yang secara tertib menyaksikan bersama pak gurunya.

Ronde-ronde selanjutnya sama saja dengan ronde yang pertama, Foreman dengan cepat memulai penyerbuannya, Ali mundur, mundur terus hingga dia bersandar ke tali ring dan dia mengangkat kedua tangannya untuk melindungi kepalanya, dai membiarkan Foreman memukul perutnya terus-terusan, bila dirasakan pukulan Foreman semakin melemah, sebelum tanda gong berbunyi, Ali membalas dan tinjunya diarahkan ke kepala lawannya, berbeda dengan Foreman yang mengayunkan tangan kanan dan kirinya yang selalu meleset karena Ali sangat pandai mengelak, maka pukulan Ali selalu lurus diarahkan ke muka Foreman dalam jarak yang dekat. Pada ronde ketiga, kelima dan ketujuh, jelas benar pukulan-pukulan lurus itu bertubi-tubi secara tepat di kepala Foreman. Dan dari pukulan beruntun itu, Foreman nampak agak sempoyongan dan semakin lelah, karena segala kekuatan telah dikerahkan untuk merobohkan penantangnya.

Kecemasan sang jagoan akan kalah di kalangan penonton Al Azhar nampaknya sudah berkurang, ronde ketujuh sudah selesai, kamera televisi diarahkan pada Foreman yang duduk di sudut ring, kelihatan matanya bengkak, sedangkan wajah Ali masih mulus, dan bahkan Ali nampak mengomandokan penonton yang memenuhi stadion untuk meneriakkan yel-yel membangkitkan semangatnya. Ali!, Ali!, Ali! terdengar penonton-penonton Zaire itu mengikut komando Ali. Gong berbunyi tanda ronde kedelapan akan segera dimulai. Foreman menyerbu lagi, tangannya diayunkan lagi, tapi nyatanya ayunan tangan kiri itu sudah tidak sekuat ronde-ronde sebelumnya. Ali tetap bersandar di tali ring, tangannya diangkat untuk melindungi kepalanya dan perutnya dibiarkan menjadi sasran empuk tinju Foreman. Rupanya ronde inilah yang mengakhiri pertarungan. Wasit menghitung hingga angka sepuluh, tapi Foreman terlambat bangun, Ali melompat dan menang. Pembantu-pembantunya melompat ke dalam ring, mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dia berhasil merebut gelar juara dunia tinju kelas berat yang pernah lepas dari tangannya karena dicabut berhubung dia membangkang untuk dikirim ke Vietnam, beberapa tahun yang lalu.

Adapun para penonton Al Azhar yang tadi berdebar-debar melihat kekuatan Foreman secara spontan berjingkrak-jingkrak,terlebih lagi anak-anak sekolah, mereka menjerit-jerit kegirangan, Ali menang, Ali menang!

Televisi memutar kembali saat-saat kejatuhan Foreman, ulangan itu diputar lambat-lambat, anak-anak menghitung berapa kali pukulan-pukulan beruntun Ali yang membikin sang juara bertekuk lutut, satu, dua, tiga,empat…..sembilan dan jatuhlah Foreman.

Sampai Ali masuk ke kamar pakaian masih dapat diikuti melalui televisi, di situlah ketika ditanya oleh wartawan, Ali menjawab bahwa kemenangannya ditentukan oleh Allah, dan dia menyerukan ummat manusia supaya percaya kepada Allah. Seluruh ummat manusia mendengarkan ucapan Ali itu dan seluruh koran-koran mengutipnya, sungguh suatu dakwah yang amat berkesan.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya hikmah yang kita petik adalah kebanggaannya dengan Islam sebagai orang yang sangat popular, hingga ia berdakwah kepada seluruh dunia mengajak kedalam agama Islam.

Kebanggaan yang dibutuhkan menjadi inspirasi ketika kebanyakan orang Islam minder, gak pede apalagi dalam menyerukan agamanya, padahal kasih sayang sesama mahluk sejatinya ialah memberikan dia solusi bagaimana caranya agar selamat diakhirat, bukan didunianya saja dibiarkan tidak beriman dengan alasan dan dalih peradaban dunia yang tidak Islami ini.

Ketika kita berdakwah kepada sesama muslim memang diperlukan, tetapi kepada sesama non muslim itu langka, padahal sunnah Rosulullah SAW, beliau juga mengajak orang romawi dan persia majusi penyembah api, dan para kaisar, raja dan pembesarnya masuk ke dalam agama Islam, tanpa kenal minder apalagi kincup gak pede. Apalagi dijaman sekarang parahnya, berdakwah saja diremehkan, supportnya kurang, bahkan bisa jadi sesama muslim gak pede saling mengajak kepada kebaikan, dominasi dunia seakan menutup jalan-jalan utama menyerukan dijalan Allah yang menjadi kerjaan utama manusia sempurna Para Nabi.


Sumber: http://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar